Mutiara Kata

Kekuatan Sejati Seorang Guru adalah takala kita mampu menjadikan diri kita dan siswa kita menjadi pribadi yang lebih baik dengan satu semangat "Man Jada Wajadda"

Rabu, 26 Januari 2011

Belajarlah Mengerti Baru Dimengerti

Saudaraku.....
Perjalanan manusia kalau diibaratkan ibarat aliran air yang terus mengalir dari pusat menuju ke hilir, di akan senantiasa mengisi ruangan-ruangan yang kosong dan memasuki celah-celah yang kecil, seolah-olah dia faham betul posisinya harus bagaimana dan bergerak menuju kemana
Saudaraku.....
Prinsif pergerakan air itulah yang seharusnya mampu kita jadikan contoh dalam setiap aktifitas kita, baik sebagai orang tua, sebagai guru, sebagai karyawan maupaun sebagai pejabat. ya... ternyata untuk menjadi orang yang hebat itu harus melalui sebuah proses panjang, mengalir dan terus mengalir mengikuti lekuk dan permukaan tanah yang kita lalui, walaupun terkadang harus terbentur batu, menerjang pepohonan, menyapa rerumputan dan terkadang diterjang badai gelombang.
Saudaraku.....
Marilah kita buka hati kita ini untuk belajar mengerti makna dan hakekat kehidupan ini, karena sesungguhnya kebahagiaan yang hakiki yang kita dapat raih adalah takala kita mampu menikmati hidup ini dengan penuh rasa ikhlas, legowo dan saling menghargai saling mengasihi dan saling mengerti diantara sesama sehingga terjalinlah sebuah hubungan yang harmonis dan penuh keakraban, sehingga apapun penghalang kita kita akan tetap bisa melaju menuju tujuan dengan kekuatan kebersamaan dan kekompakan semoga.

Menjadi Guru Sejati


Guru. Digugu dan ditiru, falsafah ini demikian akrab dalam diri kita. Dan memang semestinya begitu, mengingat seorang murid akan demikian mudah mengidentifikasi segala perilaku dan kebiasaan seorang guru. Guru (guru dirumah/orang tua, guru di sekolah formal maupun non formal) mengemban tugas mulia, yaitu mendidik dan membina para murid untuk menjadi anak-anak yang pandai, bermoral tinggi dan berakhlaq mulia. Sehingga seorang guru bukan hanya bertugas mentransfer ilmu untuk menjadikan murid-muridnya hapal dan mengerti materi pelajaran yang diberikan, namun seorang guru juga harus mampu melakukan transfer nilai untuk menjadikan murid-muridnya insan-insan mulia.
Karenanya, seorang gurupun harus memiliki bekal aqidah yang kuat disamping bekal ilmu yang memadai. Sehingga dia mampu mengintegrasikan segala ilmu yang diajarkan kepada para muridnya dengan kekuasaan dan keesaan Allah. Seorang guru biologi dapat menyadarkan akan ke-Agungan Allah Sang Pencipta, ketika menjelaskan berbagai sistem yang terdapat dalam tubuh manusia. Seorang guru kimia dapat mengantarkan muridnya mengenal kekuasaan Allah ketika menjelaskan berbagai unsur dan hasil reaksinya, seorang guru sejarah dapat menunjukkan kepada para muridnya ibroh (pelajaran berharga) dari peristiwa di masa yang lalu, seorang guru bahasa dapat mengajarkan sopan santun dan tatakrama melalui tatacara berbahasa, dan sebagainya. Hingga murid-murid yang dihasilkan adalah murid-murid yang bukan hanya pandai, namun juga murid yang benar-benar mengenal Robbnya dan berakhlaq mulia.
Guru sejati adalah guru yang senantiasa menimba ilmu, hingga ilmunya senantiasa berkembang dan tidak ketinggalan jaman. Berwawasan luas sesuai dengan tuntutan jaman, dan bijaksana. Guru sejati ibarat orang tua. Karenanya, guru sejati adalah guru yang memperlakukan murid-muridnya bagaikan anak-anaknya sendiri. Selalu menyayangi, melindungi dan menjaga perasaan murid-muridnya. Membangkitkan semangat kepada anak-anak yang kurang pandai, dan membuka kesempatan yang luas bagi anak-anak yang memiliki potensi. Sehingga guru akan bersungguh-sungguh berusaha untuk menjadikan murid-muridnya berhasil dalam belajar dan sukses dalam mengarungi kehidupan.
Rosulullah Muhammad Saw, guru yang paling mulia bersabda: "Aku ini kepadamu semua (yakni para sahabat) tiada lain hanyalah sebagaimana seorang ayah terhadap anaknya” (HR. Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).
Rasulullah bukan hanya berusaha untuk menjadikan para sahabat dan murid-muridnya menjadi faham akan ajaran Islam yang disampaikannya, namun juga sangat ingin menyelamatkan umat dari siksa api neraka.
Guru sejati adalah seperti seorang pemimpin. Memimpin siswa dengan adil dan bijaksana, mengarahkan kepada kebenaran dan melindunginya dari kemaksiatan. Tidak memberi nilai lebih tinggi kepada anak yang lebih disenangi, dan menilai rendah kepada anak yang kurang disenangi, namun memberi penilaian sesuai dengan kadar prestasi yang dimiliki.
Guru sejati memiliki tujuan Robbani. Berusaha mengantarkan murid-muridnya kepada tujuan agung, melakukan segala perbuatan berdasarkan atas keinginan untuk mencapai ridho Allah, bukan hanya untuk mengejar nilai nominal yang diberikan guru. Sehingga seorang murid akan menjadi sadar, bahwa mencari ilmu bukanlah sekedar untuk memperoleh nilai tinggi, tetapi mencari ilmu adalah salah satu tugas mulia. Yaitu menunaikan kewajiban agama. “Mencari ilmu adalah wajib bagi setiap muslim, laki-laki maupun perempuan”.
Hingga seorang guru harus melakukan tugasnya dengan ikhlas dan penuh kesabaran, karena dalam menjalankan tugas akan selalu diwarnai oleh berbagai ujian dan cobaan.
Robb, tunjukkanlah kepada kami yang benar itu benar, dan berikanlah kepada kami kekuatan untuk mengikutinya. Dan tunjukkan pula kepada kami yang bathil itu bathil, dan berikanlah kepada kami kekuatan untuk menjauhinya. Aamiin. Wallahu 'a’laam bishshowwab.

Rabu, 12 Januari 2011

Stop Pukul Pantat Anak


New Orleans, Ketimbang memukul atau mencubit, hukuman pukul pantat buat anak dianggap lebih aman karena pantat lebih empuk dan kalaupun dipukul hanya akan terasa sakit sebentar. Sebaiknya hentikan pikiran seperti itu, jangan lagi memberi hukuman pukul pantat pada anak.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa memukul pantat anak saat mereka berusia tiga tahun akan mengarah pada perilaku yang lebih agresif ketika mereka berusia lima tahun atau lebih.

Dengan kata lain, hukuman pantat justru akan menjadi bumerang membuat anak lebih agresif.

"Kita semua tahu bahwa anak-anak membutuhkan bimbingan dan disiplin, tetapi orangtua harus fokus pada hal yang positif yaitu bentuk pendisplinan non-fisik, seperti membatasi waktu dan hindari memukul," kata penulis studi Catherine Taylor, asisten profesor ilmu kesehatan masyarakat di Tulane University School of Public Health and Tropical Medicine di New Orleans, seperti dikutip dari Health24, Rabu (14/4/2010).

Hukuman fisik seperti memukul pantat memang merupakan bentuk yang relatif kecil, tetapi hukuman seperti ini justru dapat memberikan implikasi yang lebih besar nantinya, yaitu membuat anak menjadi lebih agresif.

"Studi tersebut menyoroti bagaimana mengasuh anak secara positif sangat penting dan efektif dalam memutus siklus kekerasan dan berpotensi mengurangi tingkat kekerasan secara keseluruhan di masyarakat kita," kata Dr Kathryn J. Kotrla, ketua psikiatri dan ilmu perilaku di College of Medicine, kampus Texas A&M Health Science Center Round Rock.

Penelitian sebelumnya yang telah diterbitkan dalam Pediatrics edisi Mei, juga menunjukkan hubungan antara hukuman fisik dan agresi pada anak-anak.

Banyak organisasi termasuk American Academy of Pediatrics, menasehatkan larangan keras terhadap hukuman fisik. Diperkirakan 35 hingga 90 persen orangtua masih menerapkan cara pendisiplinan seperti ini.

Pada studi baru, hampir 2.500 ibu menanggapi pertanyaan seberapa sering mereka memukul pantat anak usia tiga tahun selama sebulan terakhir. Mereka juga ditanya tentang tingkat agresi anak pada usia tiga tahun, dan berbagai faktor risiko orangtua seperti depresi ibu, penggunaan alkohol dan kekerasan di antara anggota keluarga lainnya.

Sekitar 50 persen dari ibu mengatakan bahwa mereka tidak memukul pantat anak mereka sebulan terakhir, sementara 27,9 persen melaporkan memukul pantat satu atau dua kali, dan 26,5 persen lainnya mengatakan bahwa mereka menggunakan jenis hukuman fisik ini lebih dari dua kali selama jangka waktu tersebut.

Hasilnya, anak usia tiga tahun yang dipukul pantat dua kali atau lebih pada sebulan terakhir, meningkatkan peluang sebesar 50 persen menjadi agresif ketika mereka berusia lima tahun.

"Kita tahu bahwa anak-anak belajar dari apa yang orangtuanya lakukan, jadi jika seorang anak dipukuli dengan alasan apapun, Anda benar-benar mengajarkan anak bahwa memukul, bertindak atau bersikap agresif adalah diperbolehkan," kata Taylor.

Menurut Taylor, ada juga studi lain yang menunjukkan bahwa memukul pantat anak dengan alasan apapun, akan mempengaruhi perkembangan otak, emosi dan juga tentunya mempengaruhi perilaku.
(mer/ir)

Lima Point Pendidikan Anak Dalam Islam

Bunda, apakah ilmumu hari ini? Sudahkah kau siapkan dirimu untuk masa depan anak-anakmu? Bunda, apakah kau sudah menyediakan tahta untuk tempat kembali anakmu? Di negeri yang Sebenarnya. Di Negeri Abadi? Bunda, mari kita mengukir masa depan anak-anak kita. Bunda, mari persiapkan diri kita untuk itu.
Hal pertama Bunda, tahukah dikau bahwa kesuksesan adalah cita-cita yang panjang dengan titik akhir di Negeri Abadi? Belumlah sukses jika anakmu menyandang gelar atau jabatan yang tertinggi, atau mengumpulkan kekayaan terbanyak. Belum Bunda, bahkan sebenarnya itu semua tak sepenting nilai ketaqwaan. Mungkin itu semua hanyalah jalan menuju ke Kesuksesan Sejati. Atau bahkan, bisa jadi, itu semua malah menjadi penghalang Kesuksesan Sejati.
Gusti Allah Yang Maha Mencipta Berkata dalam KitabNya:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS 3:185) 
Begitulah Bunda, hidup ini hanya kesenangan yang menipu, maka janganlah tertipu dengan tolok ukur yang semu. Pancangkanlah cita-cita untuk anak-anakmu di Negeri Abadi, ajarkanlah mereka tentang cita-cita ini. Bolehlah mereka memiliki beragam cita-cita dunia, namun janganlah sampai ada yang tak mau punya cita-cita Akhirat.
Kedua, setelah memancangkan cita-cita untuk anak-anakmu, maka cobalah memulai memahami anak-anakmu. Ada dua hal yang perlu kau amati:
Pertama, amati sifat-sifat khasnya masing-masing. Tidak ada dua manusia yang sama serupa seluruhnya. Tiap manusia unik. Pahami keunikan masing-masing, dan hormati keunikan pemberian Allah SWT.
Yang kedua, Bunda, fahami di tahap apa saat ini si anak berada. Allah SWT mengkodratkan segala sesuatu sesuai tahapan atau prosesnya. 
Anak-anak yang merupakan amanah pada kita ini, juga dibesarkan dengan tahapan-tahapan.
Tahapan sebelum kelahirannya merupakan alam arwah. Di tahap ini kita mulai mendidiknya dengan kita sendiri menjalankan ibadah, amal ketaatan pada Allah dan juga dengan selalu menjaga hati dan badan kita secara prima. Itulah kebaikan-kebaikan dan pendidikan pertama kita pada buah hati kita.
Pendidikan anak dalam Islam, menurut Sahabat Ali bin Abitahalib ra, dapat dibagi menjadi 3 tahapan/ penggolongan usia:
1.    Tahap BERMAIN (“la-ibuhum”/ajaklah mereka bermain), dari lahir sampai kira-kira 7 tahun.
2.    Tahap PENANAMAN DISIPLIN (“addibuhum”/ajarilah mereka adab) dari kira-kira 7 tahun sampai 14 tahun.
3.    Tahap KEMITRAAN (“roofiquhum”/jadikanlah mereka sebagai sahabat) kira-kira mulai 14 tahun ke atas.
Ketiga tahapan pendidikan ini mempunyai karakteristik pendekatan yang berbeda sesuai dengan perkembangan kepribadian anak yang sehat. Begitulah kita coba memperlakukan mereka sesuai dengan sifat-sifatnya dan tahapan hidupnya.
Hal ketiga adalah memilih metode pendidikan. Setidaknya, dalam buku dua orang pemikir Islam, yaitu Muhammad Quthb (Manhaj Tarbiyah Islamiyah) dan Abdullah Nasih ’Ulwan (Tarbiyatul Aulad fil Islam), ada lima Metode Pendidikan dalam Islam.
Yang pertama adalah melalui Keteladanan atau Qudwah, yang kedua adalah dengan Pembiasaan atau Aadah, yang ketiga adalah melalui Pemberian Nasehat atau Mau’izhoh, yang keempat dengan melaksanakan Mekanisme Kontrol atau Mulahazhoh, sedangkan yangterakhir dan merupakan pengaman hasil pendidikan adalah Metode Pendidikan melalui Sistem sangsi atau Uqubah.
Bunda, jangan tinggalkan satu-pun dari ke lima metode tersebut, meskipun yang terpenting adalah Keteladanan (sebagai metode yang paling efektif).
Setelah bicara Metode, ke empat adalah Isi Pendidikanitu sendiri. Hal-hal apa saja yang perlu kita berikan kepada mereka, sebagai amanah dari Allah SWT. 
Setidak-tidaknya ada 7 bidang. Ketujuh Bidang Tarbiyah Islamiyah tersebut adalah: (1) Pendidikan
 Keimanan (2) Pendidikan Akhlaq (3) Pendidikan Fikroh/ Pemikiran (4) Pendidikan Fisik (5) Pendidikan Sosial (6) PendidikanKejiwaan/ Kepribadian (7) Pendidikan Kejenisan (sexual education). Hendaknya semua kita pelajari dan ajarkan kepada mereka.

Ke lima, kira-kira gambaran pribadi seperti apakah yang kita harapkan akan muncul pada diri anak-anak kita setelah hal-hal di atas kita lakukan? Mudah-mudahan seperti yang ada dalam sepuluh poin target pendidikan Islam ini: 
Selamat aqidahnya, Benar ibadahnya, Kokoh akhlaqnya, Mempunyai kemampuan untuk mempunyai penghasilan, Jernih pemahamannya, Kuat jasmaninya, Dapat melawan hawa nafsunya sendiri, Teratur urusan-urusannya, Dapat menjaga waktu, Berguna bagi orang lain.
Insya Allah, Dia Akan Mengganjar kita dengan pahala terbaik, sesuai jerih payah kita, dan Semoga kita kelak bersama dikumpulkan di Negeri Abadi. Amin. Wallahua’lam, (SAN)
Catatan: 
§  Lima Poin Pendidikan Anak: -1.Paradigma sukses-2.Mengenal Tahapan dan Sifat-3.Metode-4.Isi-5.Target.
§   Buku Muhammad Quthb (Manhaj Tarbiyah Islamiyah) diterjemahkan dengan judul “Sistem Pendidikan Islam” terbitan Al-Ma’arif Bandung, dan buku Abdullah Nasih ’Ulwan (Tarbiyatul Aulad fil Islam) diterjemahkan dengan judul Pendidikan Anak Dalam Islam.