Mutiara Kata

Kekuatan Sejati Seorang Guru adalah takala kita mampu menjadikan diri kita dan siswa kita menjadi pribadi yang lebih baik dengan satu semangat "Man Jada Wajadda"

Rabu, 28 September 2011

Dagelan Guru Ku....

Dagelan Guru

Suatu  saat disebuah sekolah yang ternama terlihat seorang guru perempuan sedang mengajar, penampilannya menarik perhatian anak, bajunya muslimah banget dan model mengajarnya pun lumayan bagus.

Pelajaran mulai dibuka anak-anak mengikuti dengan penuh antusias, jam semakin berganti waktu semakin siang terlihat anak-anak mulai kembali kepada fitrahnya ( mulai bermain ), sementara energi guru mulai terkuras karena telah setengah hari menyampaikan ilmu kepada siswanya, akhirnya terjadi proses keterbalikan….siswa yang aktif dan guru yang pasif hemm….akibatnya yang ada adalah bukan bahasa psikologi melainkan bahasa seorang atasan kepada bawahan. Hai…kamu duduk….jangan jalan-jalan ! rapihkan tempat duduk mu….! (seru sang guru) sambil sesekali menghapus keringat dikeningnya karena kelelahan dalam mengajar.

Pemandangan yang tadinya menyenangkan berubah menjadi menyeramkan yang ada anak diam, tetapi bukan mendengarkan melainkan takut karena guru yang membuat mereka tegang. Yang lebih lucu lagi setelah selesai sekolah terlihat siswa dengan begitu gembirannya bersorak karena bel telah dibunyikan pertanda pelajaran telah selesai, sang guru pun direpotkan lagi dengan harus mengantar anak-anak kedepan untuk pulang, saking asyiknya nganter sampai tidak menghiraukan wali murid yang menyapanya….Assalamu`alaikum bu….,(sapa walimurid)…..tetap guru tersebut tidak melihatnya, akhirnya setelah agak sepi, datang wali murid berkonsultasi dengan wali kelas tersebut, Assalamu`alaikum bu… giman kabarnya (sapa walimurid dengan ramah) 0…iya wa`alikum salam baik….(jawab guru tersebut) maaf… bu saya mau tanya bagaiman perkembangan anak saya ? (tanya wali murid dengan nada ramah). Wah …kebetulan ibu nanya iya nich..bu sekarang anak ibu disekolah suka bikin ulah, suka jalan-jalan, suka menganggu temannya dikelas, suka usil, suka iseng dan segudang hal-hal negatif lainnya disampaikan. Astaugfiruloh begitu terkejut wali murid tadi….akhirnya dia pun pamit dengan segudang gemuruh didalam hatinya, sambil penuh dengan rasa tanya apa betul….anak saya seperti itu….? Ternyata rasa penasaran wali murid tersebut berujung pada sebuah penelusuran dia mulai tanya ke guru-guru yang lain yang mengajar dikelas anaknya tersebut ternyata dia mendapatkan jawaban yang berbeda dengan apa yang disampaikan oleh wali kelas tersebut, dia pun melanjutkan bertanya kepada tata usaha, dan juga menkroscek secara diam-diam dengan temen-temen anaknya tersebut karena sifat anak yang masih polos dan apa adanya dan ternyata jawaban dari temen-temennya satu kelas mengatakan kalau anak tersebut tidak seperti yang digambarkan oleh wali kelas tadi. Hemm……hemm…. Jadi siapa ya yang perlu belajar….apakah siswa atau gurunya lagi….jadi lucu kayak “ DAGELAN GURU “ he….he…he…

Oleh karena itu marilah sejenak kita bersama-sama belajar merenungkan akan hakekat dirikita dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar setidaknya ada lima poin pendidikan anak dalam Islam, kalau kita faham maka kita akan menjadi guru yang santun, sabar, penuh dengan keramahan dan menjaga prilaku dan sopan satun baik kepada siswa maupun walimuridnya.

Lima Poin Pendidikan Anak Dalam Islam
Bu Guru…., apakah ilmumu hari ini? Sudahkah kau siapkan dirimu untuk masa depan anak-anakmu? Bu Guru, apakah kau sudah menyediakan tahta untuk tempat kembali anakmu? Di negeri yang Sebenarnya. Di Negeri Abadi? Bu Guru, mari kita mengukir masa depan anak-anak kita. Bu Guru, mari persiapkan diri kita untuk itu.
Hal pertama Bu Guru…, tahukah dikau bahwa kesuksesan adalah cita-cita yang panjang dengan titik akhir di Negeri Abadi? Belumlah sukses jika anakmu menyandang gelar atau jabatan yang tertinggi, atau mengumpulkan kekayaan terbanyak. Belum Bu Guru, bahkan sebenarnya itu semua tak sepenting nilai ketaqwaan. Mungkin itu semua hanyalah jalan menuju ke Kesuksesan Sejati. Atau bahkan, bisa jadi, itu semua malah menjadi penghalang Kesuksesan Sejati.
Gusti Allah Yang Maha Mencipta Berkata dalam KitabNya:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS 3:185) 
Begitulah Bu guru, hidup ini hanya kesenangan yang menipu, maka janganlah tertipu dengan tolok ukur yang semu. Pancangkanlah cita-cita untuk anak-anakmu di Negeri Abadi, ajarkanlah mereka tentang cita-cita ini. Bolehlah mereka memiliki beragam cita-cita dunia, namun janganlah sampai ada yang tak mau punya cita-cita Akhirat.
Kedua, setelah memancangkan cita-cita untuk anak-anakmu, maka cobalah memulai memahami anak-anakmu. Ada dua hal yang perlu kau amati:
Pertama, amati sifat-sifat khasnya masing-masing. Tidak ada dua manusia yang sama serupa seluruhnya. Tiap manusia unik. Pahami keunikan masing-masing, dan hormati keunikan pemberian Allah SWT.
Yang kedua, Bu Guru, fahami di tahap apa saat ini si anak berada. Allah SWT mengkodratkan segala sesuatu sesuai tahapan atau prosesnya. 
Anak-anak yang merupakan amanah pada kita ini, juga dibesarkan dengan tahapan-tahapan.
Tahapan sebelum kelahirannya merupakan alam arwah. Di tahap ini kita mulai mendidiknya dengan kita sendiri menjalankan ibadah, amal ketaatan pada Allah dan juga dengan selalu menjaga hati dan badan kita secara prima. Itulah kebaikan-kebaikan dan pendidikan pertama kita pada buah hati kita.
Pendidikan anak dalam Islam, menurut Sahabat Ali bin Abitahalib ra, dapat dibagi menjadi 3 tahapan/ penggolongan usia:
1.    Tahap BERMAIN (“la-ibuhum”/ajaklah mereka bermain), dari lahir sampai kira-kira 7 tahun.
2.    Tahap PENANAMAN DISIPLIN (“addibuhum”/ajarilah mereka adab) dari kira-kira 7 tahun sampai 14 tahun.
3.    Tahap KEMITRAAN (“roofiquhum”/jadikanlah mereka sebagai sahabat) kira-kira mulai 14 tahun ke atas.
Ketiga tahapan pendidikan ini mempunyai karakteristik pendekatan yang berbeda sesuai dengan perkembangan kepribadian anak yang sehat. Begitulah kita coba memperlakukan mereka sesuai dengan sifat-sifatnya dan tahapan hidupnya.
Hal ketiga adalah memilih metode pendidikan. Setidaknya, dalam buku dua orang pemikir Islam, yaitu Muhammad Quthb (Manhaj Tarbiyah Islamiyah) dan Abdullah Nasih ’Ulwan (Tarbiyatul Aulad fil Islam), ada lima Metode Pendidikan dalam Islam.
Yang pertama adalah melalui Keteladanan atau Qudwah, yang kedua adalah dengan Pembiasaan atau Aadah, yang ketiga adalah melalui Pemberian Nasehat atau Mau’izhoh, yang keempat dengan melaksanakan Mekanisme Kontrol atau Mulahazhoh, sedangkan yangterakhir dan merupakan pengaman hasil pendidikan adalah Metode Pendidikan melalui Sistem sangsi atau Uqubah.
Bu Guru, jangan tinggalkan satu-pun dari ke lima metode tersebut, meskipun yang terpenting adalah Keteladanan (sebagai metode yang paling efektif).
Setelah bicara Metode, ke empat adalah Isi Pendidikanitu sendiri. Hal-hal apa saja yang perlu kita berikan kepada mereka, sebagai amanah dari Allah SWT. 
Setidak-tidaknya ada 7 bidang. Ketujuh Bidang Tarbiyah Islamiyah tersebut adalah: (1) Pendidikan
 Keimanan (2) Pendidikan Akhlaq (3) Pendidikan Fikroh/ Pemikiran (4) Pendidikan Fisik (5) Pendidikan Sosial (6) PendidikanKejiwaan/ Kepribadian (7) Pendidikan Kejenisan (sexual education). Hendaknya semua kita pelajari dan ajarkan kepada mereka.

Ke lima, kira-kira gambaran pribadi seperti apakah yang kita harapkan akan muncul pada diri anak-anak kita setelah hal-hal di atas kita lakukan? Mudah-mudahan seperti yang ada dalam sepuluh poin target pendidikan Islam ini: 
Selamat aqidahnya, Benar ibadahnya, Kokoh akhlaqnya, Mempunyai kemampuan untuk mempunyai penghasilan, Jernih pemahamannya, Kuat jasmaninya, Dapat melawan hawa nafsunya sendiri, Teratur urusan-urusannya, Dapat menjaga waktu, Berguna bagi orang lain.
Insya Allah, Dia Akan Mengganjar kita dengan pahala terbaik, sesuai jerih payah kita, dan Semoga kita kelak bersama dikumpulkan di Negeri Abadi. Amin. Wallahua’lam
Dari kami yang merindukan kenyamanan dalam pendidikan dan nurani yang mendalam