Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang sempurna diantara makhluk ciptaan yang lainnya, namun terkadang kita harus mengaca dan bercermin terhadap makhluk ciptaan Allah yang lainnya yang terkadang mempunyai kehebatan yang melebihi kehebatan manusia.
Kita belajar kesabaran dari seekor kepompong yang berpuasa dalam lavanya untuk beberapa hari yang dikemudian hari berubah menjadi seekor kupu-kupu yang begitu indah dan memberikan kesejukan kepada kita semua.
Kita juga bisa belajar tentang keberanian yang ditunjukkan oleh seekor lebah madu, walaupun dengan badan yang kecil tapi tanpa takut dia menyerang musuhnya walaupun taruhannya adalah nyawanya sendiri untuk mempertahankan diri dan kelompoknya.
Kita juga bisa belajar dari seekor semut dalam bekerjasama, walaupun dengan badan yang kecil tapi mampu menyeberangi sungai yang lebar dan mengangkat beban yang berat dikarenakan adanya kerja sama dalam team mereka.
Allah menciptakan beribu makhluk di dunia ini dalam rangka untuk saling melengkapi dan memberikan pelajaran kepada kita semua. marilah kita perbaharui keimanan kita ketaqwaan kita dan kesolehan kita dengan senantiasa melakukan hal-hal yang positif dalam setiap gerak langkah kita.
Mutiara Kata
Kekuatan Sejati Seorang Guru adalah takala kita mampu menjadikan diri kita dan siswa kita menjadi pribadi yang lebih baik dengan satu semangat "Man Jada Wajadda"
Kamis, 31 Mei 2012
Rabu, 09 Mei 2012
Digital Compact Cassette
Digital Compact Cassette
Sejarah
DCC menandai terbelahnya cara Philips dan Sony , yang telah bekerja sama dengan sukses pada Compact Disc , CD-ROM dan CD-i sebelumnya. Berdasarkan keberhasilan Digital Audio Tape di lingkungan profesional, kedua perusahaan melihat pasar untuk audio konsumen berorientasi sistem perekaman digital yang baru yang akan lebih murah dan mungkin kurang rapuh. Sony memutuskan untuk membuat yang sama sekali baru MiniDisc format (berdasarkan pengalaman mereka dengan magneto-optik pencatatan dan Compact Disc), sedangkan Philips memutuskan format tape yang kompatibel dengan analog mereka sebelumnya Compact Cassette format. Keputusan ini luar biasa karena Philips juga memiliki recordable-disc pengalaman dengan CD-R dan CD-RW . Sekitar tahun 1990 dan 1991, perusahaan ini akan melalui waktu yang sulit, yang mungkin telah memainkan peran dalam keputusan mereka lebih berhati-hati untuk pergi dengan format tape berbasis.
DCC dikembangkan bekerjasama dengan Matsushita , dan perekam DCC pertama diperkenalkan di Firato elektronik konsumen pertunjukan di Amsterdam pada tahun 1992. Pada saat itu, tidak hanya Philips dan Panasonic (merek Matsushita) mengumumkan DCC-perekam, tetapi juga merek lain seperti Grundig dan Marantz (baik yang berhubungan dengan Philips pada saat itu).
perekam Lebih dan pemain diperkenalkan oleh Philips dan produsen lain tahun-tahun berikutnya, termasuk beberapa pemain portabel dan perekam dan pemutar mobil DCC kombinasi radio / penerima.
Pada November 1995 di HCC "Dagen komputer adil" di Utrecht , Belanda, Philips mempresentasikan DCC-175 perekam portabel yang dapat terhubung ke IBM -compatible PC menggunakan "PC-link" kabel. Ini adalah (dan hanya) pertama DCC perekam yang bisa dihubungkan dengan, dan dikendalikan oleh, komputer, dan itu hanya tersedia di Belanda.
Philips format DCC dipasarkan di Eropa, Amerika Serikat dan Jepang. Menurut artikel surat kabar yang mengumumkan kematian DCC, [1] DCC lebih populer daripada MiniDisc di Eropa (terutama di Belanda), namun di Jepang, MiniDisc selalu outsold DCC.
DCC dihentikan pada bulan Oktober 1996 [1] setelah Philips mengakui telah mencapai penjualan yang buruk dan MiniDisc menang.
studio rekaman profesional masih menggunakan mesin DAT karena debit maksimum sampel yang lebih tinggi (48 kHz ), dan sering untuk portabilitas mereka. ADAT mesin juga masih digunakan secara luas di industri rekaman .
Selasa, 01 Mei 2012
Sinyal Audio Video
1.1. Pengetahuan Dasar
1.1.1. Pengertian Audio dan Aplikasi Bidang
Kerjanya
Audio diartikan sebagai
suara atau reproduksi suara. Gelombang suara adalah gelombang yang dihasilkan dari
sebuah benda yang bergetar. Gambarannya adalah senar gitar yang dipetik, gitar akan bergetar dan getaran ini merambat di udara,
atau air, atau material lainnya. Satu-satunya tempat dimana suara tak dapat
merambat adalah ruangan hampa udara. Gelombang suara ini memiliki lembah dan
bukit, satu buah lembah dan bukit akan menghasilkan satu siklus atau periode. Siklus
ini berlangsung berulang-ulang, yang membawa pada konsep frekuensi. Jelasnya, frekuensi adalah jumlah dari siklus
yang terjadi dalam satu detik. Satuan dari frekuensi adalah Hertz atau
disingkat Hz. Telinga manusia dapat mendengar bunyi antara 20 Hz hingga 20 KHz
(20.000Hz) sesuai batasan sinyal audio. Karena pada dasarnya sinyal audio
adalah sinyal yang dapat diterima oleh telinga manusia. Angka 20 Hz sebagai frekuensi suara terendah yang dapat didengar,
sedangkan 20 KHz merupakan frekuensi tertinggi yang dapat didengar.
Pemanfaatan sinyal audio memberikan lapangan kerja bidang produksi sinyal audio
meliputi, perekaman, manipulasi sinyal dan reproduksi gelombang suara. Untuk
memahami audio harus memiliki pemahaman dua hal yaitu :
v
gelombang suara : apa itu suara, bagaimana menghasilkan dan
bagaimana mendengarkannya
v
peralatan suara : apa perbedaan komponen, bagaimana
kerjanya, bagaimana memilih peralatan yang benar dan bagaimana menggunakannya
dengan tepat.
Teori audio lebih sederhana dari
pada teori video dan biasa dipahami jalur dasar sumber suara, peralatan suara untuk mendengar, ini semua
dimulai dari pembuatan penginderaan. Sebagai catatan teknis
: secara fisik suara merupakan bentuk energi dikenal sebagai energi
akustik.
Bidang pekerjaan audio luas, terdapat beberapa
area kerja khusus seperti seorang yang memiliki hobi dibidang audio ataupun
seorang pekerja professional bisa mendapatkan cakupan kejuruan yang
ketat. Beberapa area kerja di bidang
audio meliputi :
· Studio Sound Engineer
· Live Sound Engineer
· Musician
· Music Producer
· DJ (Disc Jocky)
|
· Teknisi radio
· Perekam suara Film/Television Field Sound Engineer
· Editor Audio
· Post-Production Audio Creator
|
Beberapa
pekerja professi-onal lain memerlukan
tingkatan kecakapan. Misal untuk operator kamera video harus memiliki
pengetahuan yang cukup tentang cakupan audio dan video yang dapat direkam
dengan kualitas suara maupun gambar yang baik.
Pembuat dokumen video profesional, penting untuk mengenali
audio dalam film dan video. Sebagian besar kesalahan pekerja amatir adalah
hanya berkonsentrasi pada gambar dan berasumsi bahwa sepanjang mikropon bekerja
akan menghasilkan audio yang baik. Banyak pekerjaan produksi audio membutuhkan
keterampilan pengaturan peralatan, apakah itu mixing, drum kit atau pembuatan
efek tiruan suara. Sebelum mempelajari tugas khusus, yakinkan telah memiliki
pemahaman prinsip-prinsip suara pada umumnya.
Lebih jauh
sebelum mempelajari bagaimana peralatan suara bekerja, maka sangat penting
untuk memahami bagaimana gelombang suara bekerja. Pengetahuan ini akan
mendasari apapun yang dikerjakan dalam bidang audio.
Gelombang suara
bervariasi sebagaimana variasi tekanan media perantara seperti udara. Suara
diciptakan oleh getaran dari suatu obyek, yang menyebabkan udara disekitarnya
bergetar. Getaran udara ini kemudian menyebabkan kendang telinga manusia
bergetar, yang kemudian oleh otak di interpretasikan sebagai suara. Diilustrasikan
pada gambar speaker menciptakan gelombang suara.
Gelombang suara berjalan melalui udara kebanyakan dengan cara yang sama
seperti perjalanan gelombang air melalui air. Dalam kenyataannya, karena gelombang air mudah untuk dilihat dan
dipahami, ini sering digunakan sebagai analogi untuk mengilustrasikan bagaimana
perambatan gelombang suara.
Bottom of Form
Gelombang Gelombang
suara dapat juga ditunjukkan dalam suatu grafik standar x versus y seperti
ditunjukkan gambar 1-5. Ini memungkinkan
untuk memvisua-lisasi gelombang dengan sudut pandang matematis, menghasilkan
kurva yang dikenal sebagai bentuk gelombang. Gelombang ditunjukkan pada nada
konstan frekuensi tertentu. Nois dapat didengar dan digunakan sebagai uji atau
identifikasi sinyal. Tes nada dibuat dalam bentuk gelombang yang baik ideal
untuk tujuan teknis.
Bentuk
grafis gelombang dua dimensi namun
gelombang sebenarnya dalam bentuk tiga dimensi. Grafik menunjukkan perjalanan
gelombang sepanjang jalur dari kiri ke kanan, namun perjalanan gelombang sebenarnya
mengembang berlapis dari sumber. Oleh karena itu model kerja dua dimensi
menjelaskan dengan baik bila berpikir tentang bagaimana suara berjalan dari
satu tempat ke tempat lain. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah apa yang ditampilkan grafik, apa
maknanya bila gelombang berada pada titik tinggi atau rendah. Penjelasan
sederhana cara memandang bagaimana gelombang suara bekerja dan bagaimana
ditunjukkan sebagai bentuk gelombang. Jangan diambil secara harfiah, anggaplah
sebagai cara bermanfaat untuk memvisualisasi apa yang terjadi.
Dalam sinyal elektronik, harga tinggi ditunjukkan dengan tegangan positip
tinggi. Bila sinyal diubah ke dalam gelombang suara, dapat dipikirkan harga
tinggi ditunjukkan sebagai penambahan tekanan udara. Bila bentuk gelombang pada
titik tinggi, ini berkaitan dengan kerapatan molekul udara. Bila gelombang pada titik rendah molekul
udara menyebar lebih tipis.
Gambar 1 – 6 di bawah ini, titik hitam menunjukkan molekul udara. Sebagaimana
getaran loudspeaker, menyebabkan molekul disekitarnya bergetar dalam pola
tertentu ditunjukkan dengan bentuk gelombang. Getaran udara ini menyebabkan
gendang telinga pendengar bergetar dengan pola yang sama.
Variations in Air Pressure and
Corresponding Waveform
Gambar 1 – 6. Getaran udara ini menyebabkan gendang
telinga pendengar bergetar dengan pola
yang sama
Catatan :
Molekul udara
sebenarnya tidak berjalan dari loudspeaker ke telinga. Setiap molekul udara
berpindah pada jarak yang kecil sebagai getaran, namun mengakibatkan molekul
yang bersebelahan bergetar semua
terpengaruh berjalan sampai telinga. Semua gelombang pasti memiliki tiga sifat penting untuk kerja audio meliputi
: panjang gelombang, amplitudo dan
frekuensi.
Panjang gelombang : Jarak antar titik
gelombang dan titik ekuivalen pada fasa
berikutnya.
|
|||
Amplitudo : Kekuatan atau daya gelombang sinyal. Tinggi
gelombang yang bisa dilihat sebagai grafik.
Gelombang yang lebih tinggi
diinterpretasikan sebagai volume yang lebih tinggi, sehingga dinamakan amplifier
untuk perangkat yang menambah amplitudo.
|
)
|
|
Frekuensi : Jumlah getaran yang terjadi dalam waktu
satu detik. Diukur dalam hertz atau siklus per detik. Getaran gelombang suara
semakin cepat, frekuensi semakin tinggi.
Frekuensi lebih tinggi diinterpretasikan sebagai jalur lebih tinggi.
Misal bila menyanyi dalam pita suara tinggi memaksa tali suara untuk bergetar
secara cepat.
|
Gambar 1 –
9. Frekuensi
|
1.1.2. Frekuensi, Perioda, Fasa
Frekuensi
adalah jumlah getaran yang terjadi dalam waktu satu detik atau banyaknya
gelombang/getaran listrik yang dihasilkan tiap detik. Frekuensi dilambangkan dalam huruf f.
Perioda
adalah selang waktu yang diperlukan
untuk melakukan satu getaran sempurna.
Perioda dilambangkan dengan huruf T.
Hubungan antara frekuensi dan periode adalah berbanding terbalik,
berarti semakin besar frekuensinya periodenya akan semakin kecil. Secara matematis dapat dituliskan :
f = 1/T à T =
1/f
Dengan pengertian :
f
: frekuensi, dalam siklus per
detik atau Herz
T :
periode, dalam detik.
Jika kecepatan perputaran sudut dinyatakan dengan w, maka frekuensinya sama dengan kecepatan sudut dibagi dengan besarnya
sudut satu putaran penuh (2p) atau dapat ditulis :
f = w/2p à w = 2p f
Dengan pengertian w adalah kecepatan sudut dalam Radial/detik.
Fasa dari listrik arus bolak-balik artinya
pergeseran periode waktu arus bolak-balik dari posisi baris nol. Gambar 1 – 10
menggambarkan tiga kumparan yang serupa ditempatkan sejauh sudut a dan b, bergerak pada medan yang sama dengan kecepatan sudut yang sama pula.
Gambar 1 – 10. Tiiga kumparan ditempatkan sejauh sudut a dan b
Pada gambar terlihat bahwa besarnya tegangan induksi dari
ketiga kumparan sama, tetapi harga nol dan maksimumnya tidak bersamaan dalam
mencapainya. Hal tersebut berarti beda fasa
antara 1 dan 2 adalah bo ; beda fasa antara 2 dan 3 ao , dan beda fasa antara 1 dan 3 adalah (a + b) o .
Jika besarnya tegangan sesaat :
u1 = Um sin wt, maka
u2 = Um sin (wt – b), dan
u3 = Um sin {wt – (a + b)}
Beda fasa dalam rangkaian listrik dikenal istilah “lag”
atau “lead”. Lag artinya harga maksimum atau nol yang
dicapai satu siklus lebih lambat atau ketinggalan dari siklus lainnya.
Sedangkan lead artinya harga maksimum atau nol yamg dicapai
satu siklus mendahului siklus lainnya.
Tabel 1-1 berikut mengilustrasikan bagaimana gelombang
suara (gelombang lain) bercampur satu sama lain, hasilnya tergantung pada hubungan fasa nya.
- Gelombang
suara dalam fasa yang sama dijumlahkan menghasilkan
gelombang yang lebih kuat.
- Gelombang
suara dengan fasa berlawanan, tertinggal 180o masing-masing dijumlahkan
menghasilkan nol. Ini banyak
dijumpai pada kerja piranti penundaan nois.
- Gelombang suara yang mempunyai hubungan fasa bervariasi menghasilkan pengaruh suara
yang berbeda.
|
|
|
|
tergantung
temperature, dan dalam kondisi ruang normal dapat diabaikan. Panjang gelombang
suara merupakan jarak antara pengulangan berturut-turut dari bentuk gelombang
sebagai perjalanan suara melalui udara. Panjang gelombang diekspresikan dalam
persamaan berikut :
Panjang gelombang = kecepatan / frekuensi
λ = c/f
Dengan pengertian : c = kecepatan rambat gelombang suara m/detik
f = frekuensi (Hertz)
λ = panjang gelombang (m)
Perioda (T) didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan
untuk satu siklus bentuk gelombang T = 1/f. Untuk f = 1kHz, maka T = 1/1000 = 1
mdetik atau 0,001 detik dan λ = 344 / 1000 = 0,344 m.
Suara terendah yang dapat didengar memiliki panjang
gelombang 10 m dan yang tertinggi mempunyai panjang gelombang sependek 20nm.
Cakupan cukup besar dan kita akan melihat ini memiliki perilaku suara yang
tegas.
Bentuk gelombang sinus
merupakan dasar pembentukan dari semua sinyal pembicaraan dan musik. Gambar 1- 12
menunjukkan aspek-aspek dasar gelombang sinus. Gelombang dapat mempunyai
frekuensi sama, amplitudo dan sudut fasa
keduanya dapat berbeda. Amplitudo dan sudut fasa berhubungan antara
gelombang sinus ditentukan bagaimana kombinasi akustik dan elektrik.
1.1.4. Kombinasi gelombang
sinus
Berdasarkan
gambar 1- 13. jika dua atau lebih sinyal gelombang sinus mempunyai frekuensi
sama dan amplitudo ditambahkan, didapatkan hasil sinyal yang memiliki frekuensi
sama dan amplitudo tergantung hubungan fasa
dari sinyal aslinya. Jika terdapat beda fasa 120o, menghasilkan amplitudo yang sama seperti salah satu dari sinyal
aslinya. Jika dikombinasikan dalam fasa yang
sama menghasilkan dua kali dari amplitudo dari salah satu sinyal asli. Untuk perbedaan fasa antara 120o dan 240o menghasilkan sinyal yang
selalu memiliki amplitudo kurang dari
salah satu dari sinyal aslinya. Jika kedua sinyal memiliki beda fasa pasti 180o akan menghasilkan total
nol.
Dalam rangkaian listrik sulit
mempertahankan hubungan fasa yang identik
untuk semua komponen gelombang sinus dari sinyal yang lebih kompleks,
kecuali untuk kasus-kasus tertentu dimana sinyal dikombinasikan dengan hubungan
fasa 0o atau 180o.
Rangkaian yang mempertahankan hubungan fasa khusus (misal 45o) diluar lebar
cakupan frekuensi jelas kompleks. Cakupan lebar demikian, semua fasa yang dilewatkan menggeser jaringan yang
digunakan dalam pemrosesan sinyal akustik. Bila berkaitan dengan sinyal
kompleks seperti musik atau pembicaraan, satu hal yang harus dimengerti yaitu
konsep koherensi. Sinyal listrik
diumpankan melalui penguat berkualitas tinggi. Sebagian kecil sinyal mengalami
distorsi, sinyal keluaran merupakan replika sinyal masukan, kecuali untuk
amplitudo. Kedua sinyal meski tidak identik, dikatakan memiliki koheren
(terpadu) tinggi. Jika sinyal dilewatkan melalui sebuah amplifier yang kurang
baik, maka akan didapatkan substansi perbedaan antara masukan dan keluaran, dan
koherensi tidak akan sebesar dengan penguat yang baik. Jika diperbandingkan
perbedaan sinyal secara total, terdapat keserupaan secara acak dan keduanya
dapat dikatakan tidak koheren.
Bila dua sinyal yang tidak
koheren ditambahkan, harga rms sinyal yang dihasilkan dapat dihitung dengan
menambahkan daya relatip dari kedua sinyal, lebih baik dari pada tegangannya.
Misal jika mengkombinasikan keluaran dari pembangkit noise yang terpisah,
masing-masing menghasilkan keluaran 1 volt rms, pengukuran akan menghasilkan
1,414 volt rms ditunjukkan pada gambar 1 – 14.
1.1.5. Kombinasi
Gelombang Sinus Tertunda
Jika dua
sinyal cakupan lebar koheren dikombinasi dengan spesifikasi perbedaan waktu antara keduanya ini
lebih baik dari pada hubungan fasa yang tetap. Beberapa frekuensi akan
ditambahkan dan yang lain akan ditunda. Satu sinyal yang sampai ditunda dan
dikombinasi dengan sinyal original menghasilkan bentuk filter comb, yang memasuki respon frekuensi sinyal
sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 1 - 15. Penundaan dapat dicapai secara
elektrikal melalui penggunaan jaringan tunda yang melewatkan semua sinyal atau
dengan pemroses digital. Berkaitan dengan sinyal akustik di udara, tidak ada
cara untuk menghindari pengaruh penundaan dikarenakan kecepatan suara relatip
lambat.
1. 2. Penguat
(Amplifier)
Amplifier
atau power amplifier berfungsi untuk menguatkan sinyal audio setelah mengalami
proses. Sinyal yang
diterima akan dikuatkan untuk kemudian di umpankan ke loudspeaker.
1.2.1.
Fidelitas dan Efisiensi
Penguat audio (amplifier) secara harfiah diartikan dengan
memperbesar dan menguatkan sinyal input. Tetapi yang terjadi sebenarnya adalah, sinyal input direplika (copied)
dan kemudian di reka ulang (re-produced) menjadi sinyal yang lebih besar
dan lebih kuat. Dari sinilah muncul istilah fidelitas (fidelity) yang
berarti seberapa mirip bentuk sinyal keluaran hasil replika terhadap sinyal
masukan. Ada kalanya sinyal input dalam prosesnya mengalami distorsi karena
berbagai sebab, sehingga bentuk sinyal keluarannya menjadi cacat. Sistem
penguat dikatakan memiliki fidelitas yang tinggi (high fidelity),
jika sistem tersebut mampu menghasilkan sinyal keluaran yang bentuknya persis
sama dengan sinyal input. Hanya level tegangan atau amplitudo saja yang telah
diperbesar dan dikuatkan. Di sisi lain, efisiensi juga mesti diperhatikan.
Efisiensi yang dimaksud adalah efisiensi dari penguat g dinyatakan dengan
besaran persentasi dari power output dibandingkan dengan power input. Sistem
penguat dikatakan memiliki tingkat efisiensi tinggi (100 %) jika tidak ada
rugi-rugi pada proses penguatannya yang terbuang menjadi panas.
1.2.2. Power Amplifier kelas A
Contoh penguat class A adalah rangkaian dasar transistor
common emiter (CE). Penguat jenis kelas A dibuat dengan mengatur arus
bias dititik tertentu (biasanya Q) pada garis bebannya. Posisi titik Q sedemikian
rupa sehingga berada tepat di tengah garis beban kurva VCE-IC
dari rangkaian penguat tersebut. Gambar berikut adalah contoh rangkaian common
emitor dengan transistor NPN Q1.
Garis beban pada penguat ini
ditentukan oleh resistor Rc dan Re dari rumus VCC
= VCE + IcRc + IeRe.
Jika Ie = Ic maka dapat disederhanakan menjadi VCC
= VCE + Ic (Rc+Re). Selanjutnya garis
beban rangkaian dapat di gambarkan berdasarkan rumus tersebut. Sedangkan resistor Ra dan Rb dipasang untuk menentukan
arus bias. Besarnya resistor-resistor Ra
dan Rb pada rangkaian berkaitan dengan
penetapan berapa besar arus Ib yang memotong titik Q.
Besar arus Ib biasanya tercantum pada data sheet transistor yang digunakan.
Besar penguatan sinyal AC dapat dihitung dengan teori analisa rangkaian sinyal
AC.
Pada analisa rangkaian AC semua
komponen kapasitor C dihubung singkat
dan secara imajiner menyambungkan VCC ke ground. Dengan
cara ini rangkaian gambar 1 – 18 dapat
dirangkai menjadi seperti gambar 1-20. Resistor Ra dan Rc
dihubungkan ke ground dan semua kapasitor dihubung singkat.
Adanya
kapasitor Ce, nilai Re pada analisa sinyal AC menjadi
tidak berarti.
Penguatan
didefenisikan dengan Vout/Vin = rc / re`,
dimana rc adalah
resistansi Rc
paralel dengan beban RL (pada penguat akhir, RL adalah speaker 8
Ohm) dan re` adalah resistansi penguatan transistor. Nilai re` dapat dihitung
dari rumus re` = hfe/hie yang datanya juga ada
di datasheet transistor. Gambar 1 - 21 menunjukkan ilustrasi penguatan
sinyal input serta proyeksinya menjadi sinyal output terhadap garis kurva x-y
rumus penguatan vout = (rc/re) Vin.
Gambar 1 – 21. Kurva
penguatan kelas A
Ciri khas penguat kelas A, seluruh sinyal keluarannya
bekerja pada daerah aktif. Penguat tipe klas A disebut sebagai penguat yang
memiliki tingkat fidelitas yang tinggi. Asalkan sinyal masih bekerja di daerah
aktif, bentuk sinyal keluarannya akan sama persis dengan sinyal input. Namun
penguat kelas A ini memiliki efisiensi yang rendah kira-kira hanya 25% - 50%.
Ini tidak lain karena titik Q yang ada pada titik A, sehingga walaupun tidak
ada sinyal input (atau ketika sinyal input = 0 Vac) transistor tetap bekerja
pada daerah aktif dengan arus bias konstan. Transistor selalu aktif (ON)
sehingga sebagian besar dari sumber catu daya terbuang menjadi panas. Karena
ini juga transistor penguat kelas A perlu ditambah dengan pendingin ekstra
seperti heatsink yang lebih besar.
1.2.3. Power Amplifier kelas B
Panas yang berlebih menjadi masalah
tersendiri pada penguat kelas A. Maka dibuatlah penguat kelas B dengan titik Q
yang digeser ke titik B (pada gambar 1-22). Titik B adalah satu titik pada garis beban dimana titik
ini berpotongan dengan garis arus Ib = 0. Karena letak titik yang
demikian, maka transistor hanya bekerja aktif pada satu bagian fasa gelombang
saja. Oleh sebab itu penguat kelas B selalu dibuat dengan 2 buah transistor Q1
(NPN) dan Q2 (PNP).
Karena kedua
transistor ini bekerja bergantian, maka penguat kelas B sering dinamakan
sebagai penguat Push-Pull. Rangkaian dasar Power Amplifier kelas B
adalah seperti pada gambar 1-23. Jika sinyalnya berupa gelombang sinus, maka
transistor Q1 aktif pada 50 % siklus pertama (fasa positif 0o-180o)
dan selanjutnya giliran transistor Q2 aktif pada siklus 50 % berikutnya (fasa
negatif 180o – 360o). Penguat kelas B lebih efisien
dibanding dengan kelas A, sebab jika tidak ada sinyal input (vin = 0 volt) maka arus bias Ib
juga = 0 dan praktis membuat kedua trasistor dalam keadaan OFF.
Efisiensi penguat kelas B kira-kira sebesar 75%. Namun bukan berarti
masalah sudah selesai, sebab transistor memiliki ke-tidak ideal-an. Pada
kenyataanya ada tegangan jepit Vbe kira-kira sebesar 0,7 volt yang menyebabkan
transistor masih dalam keadaan OFF walaupun arus Ib telah lebih besar beberapa
mA dari 0. Ini yang menyebabkan masalah timbulnya cross-over pada saat transisi
aktif dari transistor Q1 ke transistor Q2 yang bergantian menjadi aktif. Gambar
1-24 menunjukkan masalah cross-over ini yang penyebabnya adanya dead
zone transistor Q1 dan Q2 pada saat transisi. Pada penguat akhir, salah satu
cara mengatasi masalah cross-over adalah dengan menambah filter cross-over
(filter pasif L dan C) pada masukan speaker.
Gambar 1 – 24. Kurva penguatan kelas B
1.2.4. Power Amplifier
Kelas AB
Cara lain untuk mengatasi cross-over adalah dengan menggeser sedikit
titik Q pada garis beban dari titik B ke titik AB (gambar 1-25). Ini tujuannya
tidak lain adalah agar pada saat transisi sinyal dari fasa positif ke fasa
negatif dan sebaliknya, terjadi overlap diantara transistor Q1 dan Q2. Pada
saat itu, transistor Q1 masih aktif sementara transistor Q2 mulai aktif dan
demikian juga pada fasa sebaliknya. Penguat kelas AB merupakan kompromi antara
efesiensi (sekitar 50% - 75%) dengan mempertahankan fidelitas sinyal keluaran.
Ada beberapa teknik yang sering dipakai untuk menggeser titik Q sedikit di
atas daerah cut-off. Salah satu contohnya adalah seperti gambar
1-26. Resistor R2 berfungsi memberi tegangan jepit antara base
transistor Q1 dan Q2. Nilai R2 untuk
memberikan arus bias tertentu bagi kedua transistor. Tegangan jepit pada R2 dihitung dari pembagi tegangan R1,
R2 dan R3 dengan rumus VR2 = (2VCC)
R2/(R1+R2+R3). Lalu tentukan arus
base dan lihat relasinya dengan arus Ic dan Ie sehingga dapat dihitung relasinya
dengan tegangan jepit R2 dari rumus VR2 = 2x0.7 + Ie(Re1
+ Re2). Penguat kelas AB ternyata punya masalah dengan teknik ini,
sebab akan terjadi penggemukan sinyal pada kedua transistornya aktif ketika
saat transisi. Masalah ini disebut dengan gumming.
Untuk
menghindari masalah gumming, dibuatlah teknik yang hanya mengaktifkan salah
satu transistor saja pada saat transisi. Caranya adalah dengan membuat salah
satu transistornya bekerja pada kelas AB dan satu lainnya bekerja pada kelas B.
Teknik ini bisa dengan memberi bias konstan pada salah satu transistornya yang
bekerja pada kelas AB (biasanya selalu yang PNP). Caranya dengan menganjal base
transistor tersebut menggunakan deretan dioda atau susunan satu transistor
aktif. Maka kadang penguat seperti ini disebut juga dengan penguat kelas AB
plus B atau bisa saja diklaim sebagai kelas AB saja atau kelas B karena
dasarnya adalah Power Amplifier kelas B. Penguat kelas AB terlanjur memiliki konotasi
lebih baik dari kelas A dan B. Namun yang penting adalah dengan teknik-teknik
ini tujuan untuk mendapatkan efisiensi dan fidelitas yang lebih baik dapat
terpenuhi.
1.2.5. Power Amplifier kelas C
Kalau penguat kelas B perlu 2
transistor untuk bekerja dengan baik, maka ada penguat yang disebut kelas C
yang hanya perlu 1 transistor. Ada beberapa aplikasi yang memang hanya
memerlukan 1 fasa positif saja. Contohnya adalah pendeteksi dan penguat
frekuensi pilot, rangkaian penguat tuner RF dan sebagainya. Transistor penguat
kelas C bekerja aktif hanya pada fasa positif saja, bahkan jika perlu cukup
sempit hanya pada puncak-puncaknya saja dikuatkan. Sisa sinyalnya bisa
direplika oleh rangkaian resonansi L dan C. Tipikal dari rangkaian penguat
kelas C adalah seperti pada rangkaian berikut ini.
Rangkaian ini juga tidak perlu dibuatkan
bias, karena transistor memang sengaja dibuat bekerja pada daerah saturasi.
Rangkaian L C pada rangkaian tersebut akan beresonansi dan ikut berperan
penting dalam mereplika kembali sinyal input menjadi sinyal output dengan
frekuensi yang sama. Rangkaian ini jika diberi umpan balik dapat menjadi
rangkaian osilator RF yang sering digunakan pada pemancar. Penguat kelas C
memiliki efisiensi yang tinggi bahkan sampai 100%, namun tingkat fidelitasnya
memang lebih rendah. Tetapi sebenarnya fidelitas yang tinggi bukan menjadi
tujuan dari penguat jenis ini.
1.2.6. Power Amplifier kelas D
Penguat kelas D menggunakan teknik
PWM (pulse width modulation), dimana lebar dari pulsa ini proporsional
terhadap amplitudo sinyal input. Pada tingkat akhir, sinyal PWM mendrive
transistor switching ON dan OFF sesuai dengan lebar pulsanya. Transistor
switching yang digunakan biasanya adalah transistor jenis FET. Konsep
penguat kelas D ditunjukkan pada gambar 1-28. Teknik sampling pada
sistem penguat kelas D memerlukan sebuah generator gelombang segitiga dan
komparator untuk menghasilkan sinyal PWM yang proporsional terhadap amplitudo
sinyal input. Pola sinyal PWM
hasil dari teknik sampling ini seperti digambarkan pada gambar 1-29. Paling
akhir diperlukan filter untuk meningkatkan fidelitas.
Gambar 1 – 28. Konsep penguat kelas D
Beberapa produsen pembuat Power Amplifier
mengklaim penguat kelas D produksinya sebagai penguat digital. Secara kebetulan
notasi D dapat diartikan menjadi Digital. Sebenarnya bukanlah persis demikian,
sebab proses digital mestinya mengandung proses manipulasi sederetan bit-bit
yang pada akhirnya ada proses konversi digital ke analog (DAC) atau ke PWM.
Kalaupun mau disebut digital, penguat kelas D adalah penguat digital 1 bit (on
atau off saja).
1.2.7. Power Amplifier kelas E
Penguat kelas E pertama kali
dipublikasikan oleh pasangan ayah dan anak Nathan D dan Alan D Sokal tahun
1972. Dengan struktur yang mirip seperti penguat kelas C, penguat kelas E
memerlukan rangkaian resonansi L/C dengan transistor yang hanya bekerja kurang
dari setengah duty cycle. Bedanya, transistor kelas C bekerja di daerah
aktif (linier). Sedangkan pada penguat kelas E, transistor bekerja sebagai
switching transistor seperti pada penguat kelas D. Biasanya transistor yang
digunakan adalah transistor jenis FET. Karena menggunakan transistor jenis FET
(MOSFET/CMOS), penguat ini menjadi efisien dan cocok untuk aplikasi yang
memerlukan drive arus yang besar namun dengan arus input yang sangat kecil.
Bahkan dengan level arus dan tegangan logikpun sudah bisa membuat transitor
switching tersebut bekerja. Karena dikenal efisien dan dapat dibuat dalam
satu chip IC serta dengan disipasi panas yang relatif kecil, penguat kelas E
banyak diaplikasikan pada peralatan transmisi mobile semisal telepon genggam.
Di sini antena adalah bagian dari rangkaian resonansinya.
1.2.8. Power Amplifier kelas T
Penguat kelas T bisa jadi disebut
sebagai penguat digital. Tripath Technology membuat desain digital amplifier
dengan metode yang mereka namakan Digital Power Processing (DPP).
Mungkin terinspirasi dari Power Amplifier kelas D, rangkaian akhirnya
menggunakan konsep modulasi PWM dengan switching transistor serta filter. Pada
penguat kelas D, proses dibelakangnnya adalah proses analog. Sedangkan pada
penguat kelas T, proses sebelumnya adalah manipulasi bit-bit digital. Di
dalamnya ada audio prosesor dengan proses umpanbalik yang juga digital untuk
koreksi waktu tunda dan fasa.
1.2.9. Power Amplifier kelas G
Kelas G tergolong penguat analog
yang tujuannya untuk memperbaiki efesiensi dari penguat kelas B/AB. Pada kelas
B/AB, tegangan supply hanya ada satu pasang yang sering dinotasikan sebagai +VCC
dan –VEE misalnya +12V dan –12V (atau ditulis dengan +/-12volt).
Pada penguat kelas G, tegangan supply dibuat bertingkat. Terutama untuk
aplikasi yang membutuhkan power dengan tegangan yang tinggi, agar efisien
tegangan supplynya ada 2 atau 3 pasang yang berbeda. Misalnya ada tegangan
supply +/-70 volt, +/-50 volt dan +/-20 volt. Konsep rangkaian Power Amplifier
kelas G seperti pada gambar 1-30. Sebagai contoh, untuk alunan suara yang
lembut dan rendah, yang aktif adalah pasangan tegangan supply +/-20 volt.
Kemudian jika diperlukan untuk mendrive suara yang keras, tegangan supply dapat
diswitch ke pasangan tegangan supply maksimum +/-70 volt.
1.2.10. Power Amplifier kelas H
Konsep penguat kelas H sama dengan
penguat kelas G dengan tegangan supply yang dapat berubah sesuai kebutuhan.
Hanya saja penguat kelas H, tinggi rendahnya tegangan supply dirancang agar
lebih linier tidak terbatas hanya ada 2 atau 3 tahap saja. Tegangan supply mengikuti tegangan output dan lebih
tinggi hanya beberapa volt. Penguat kelas H ini cukup kompleks, namun akan
menjadi sangat efisien.
1.3. Attenuasi
1.3.1. Pengetian Attenuasi
Attenuasi
atau attenuator merupakan suatu rangkaian yang fungsi / sifatnya berkebalikan
dengan amplifier. Bila amplifier digunakan untuk menguatkan suatu sinyal, maka
sebaliknya attenuasi digunakan untuk melemahkan / mengurangi suatu sinyal.
Attenuasi suatu rangkaian yang sederhana,
tetapi merupakan rangkaian yang sangat penting, yang biasa dipakai pada
rangkaian-rangkaian elektronik dan instrumen‑instrumen. Adapun kegunaan
attenuasi adalah sebagai :
a. pelemah/pengerut
suatu sinyal
b. penyesuai impedansi (matching
impedance)
1.3.2.
Macam-macam Rangkaian Attenuasi
1.3.2.1. Attenuasi
Tipe L
Tipe attenuasi yang paling sederhana
yaitu tipe L, atau yang biasa disebut dengan rangkaian pembagi tegangan
Dalam rangkaian
tersebut berlaku persamaan :
Vout = i
. R2
Vout ............................................................................. =
R2/(R1 + R2) . Vin
Jadi : Vout/Vin = R2/(R1 + R2)
Dalam rangkaian penguat (amplifier), Vout/Vin
dikenal sebagai penguatan, yang dinotasikan dengan A.
Jadi
: A = Vout /Vin
Karena attenuasi
selalu melemahkan/menurunkan sinyal, maka harga A selalu kurang dari satu. Biasanya
dalam attenuasi digunakan kebalikan dari A, yang dinotasikan dengan a.
Jadi :
a = 1/A
= Vin/Vout
a disebut pelemahan;
A dan a dinyatakan dalam decibel (db).
Contoh aplikasi :
Dalam Gambar 1-31
; bila harga R1 = 3 KΩ; R2
= 1 KΩ. Hitunglah
harga penguatan tegangan dan pelemahaannya dalam db.
Penyelesaian :
Karena a
kebalikan dari A, maka a = 4; sehingga a db = 12 db.
1.3.2.2.
Karakterstik Resistansi Dari Attenuasi Simetris
Yang
dimaksud dengan attenuasi simetris yaitu dua tipe attenuasi yang lain (selain
tipe L), yaitu tipe T dan tipe π .
Seperti telah dikemukakan di depan, bahwa disamping sebagai pelemah sinyal,
attenuasi juga dapat digunakan sebagai penyesuai (matching) impedansi. Sebagai
rangkaian penyesuai impedansi, diharapkan kedua tipe ini dapat selalu mengikuti
perubahan-perubahan besarnya impedansi keluaran (out put). Gambar 1-32 menunjukkan
suatu attenuasi yang telah disisipkan antara sumber dan beban yang dalam
keadaan "match".
Karakteristik resistansi dari suatu attenuasi yaitu
keadaan yang menunjukkan bahwa harga hambatan masukkan (Rin) sama
dengan harga hambatan beban (RL).
Seperti terlihat pada gambar 1‑33
bahwa hambatan bebannya adalah variabel. Harga hambatan masukkan (input)
tergantung kepada harga hambatan bebannya. Seperti ditunjukkan pada tabel 1-2,
saat Rl =100 Ω; Rin
= 60 Ω. Setelah Rl diubah menjadi 70 Ω; Rin menjadi 55 Ω.
RL diubah lagi menjadi 50 Ω; diperoleh harga Rin yang
sama yaitu 50 Ω.
Adapun
besarnya karakteristik resistansi dari suatu attenuasi adalah :
Rins = resistansi
masukan. (input) pada saat keluaran (output) dihubung singkat.
Rino = resistansi
masukan (input) pada saat keluaran (output) terbuka.
Penyelesaian :
Dari gambar 1
– 34a, dapat dihitung besarnya Rino :
Rino = 26 +
35 = 61 Ω
Untuk
menghitung besarnya Rins, maka ujung‑ujung keluarannya
dihubungsingkat (gambar 1 - 34b).
Rins = 26 + 35//26 = 41 Ω
Jadi besarnya
karakteristik resistansi adalah :
Artinya
bahwa ; attenuasi tersebut akan baik bila digunakan dengan resistansi sumber dan resistansi beban = 50 Ω.
2.
Buktikan bahwa resistansi attenuasi pada contoh di atas adalah 50 Ω bila dibebani
dengan karakteristik resistansinya.
Penyelesaian : dengan memperhatikan gambar 1-34c
Rin = 26 +
35// (26 + 50)
= 26 + 35//76 = 50 Ω ( terbukti ).
1.3.2.3.
Analisa Attenuasi Simetris Tipe T
Pada bagian ini akan dibahas rumus‑rumus
tentang attenuasi simetris tipe T. Perhatikan gambar rangkaian di bawah (gambar
1 – 35).
Dengan rumus yang sederhana perbandingan R2 dan
R1 dapat ditulis sebagai berikut :
m = R2/
R1
atau R2 =
m . R1
attenuasi dapat digambarkan seperti ditunjukkan pada gambar 1-35. Dari gambar tersebut dapat dihitung besarnya Ro sebagai berikut :
attenuasi dapat digambarkan seperti ditunjukkan pada gambar 1-35. Dari gambar tersebut dapat dihitung besarnya Ro sebagai berikut :
Rumus yang lain yaitu rumus untuk harga pelemahan yang merupakan perbandingan
antara tegangan masukan dengan tegangan keluaran pada attenuasi, yang
dibebani dalam resistansi karakteristiknya.
Besarnya pelemahan :
a
= Vin/Vout
Sebagai pengembangan dari rumus‑rumus attenuasi simetris tipe T, disamping dapat dicari berapa besarnya R0 dan a, bila harga‑harga R1 dan R2 diketahui; juga dapat dicari berapa besarnya R1 dan R2, bila yang diketahui adalah harga R0 dan a. Keadaan yang kedua ini mungkin sekali ditemui, bila ingin merencanakan suatu attenuasi simetris bentuk T.
Dari rumus di atas menjadi jelas
bahwa R1 dan R2 merupakan fungsi dari a dan Ro.
Sebagai catatan bahwa R1 dan R2 berbanding lurus dengan Ro.
Bila dikehendaki dapat menyusun suatu tabel harga‑harga perencanaan sebagai
pedoman nantinya. Untuk menyingkat tabel dapat menyingkat Ro = 50Ω (harga Ro
ini adalah yang paling luas digunakan dalam elektronika). Dengan Ro = 50 Ω, berarti R1
dan R2 menjadi fungsi dari a saja. Untuk membuat tabel dapat memilih
harga‑harga a dan menghitung harga yang sesua dari R1 dan R2
seperti tabel I-3 di bawah. Sebagai catatan untuk suatu resistansi
karakteristik (Ro) = 50 Ω,
pemakai hanya tinggal mengalikan setiap
harga R1 dan R2 dengan Ro/50.
Sebagai contoh,
jika diperlukan attenuasi 500 Ω 20 db,
maka menurut tabel 1-3 harga R1 = 40,9 Ω dan R2
= 10,1 Ω; menurut
attenuasi 50 Ω. Untuk
attenuasi 500 Ω, tinggal
mengalikan tiap harga R1 dan R2 dengan 500/50. Dengan demikian diperoleh harga
R1 = 409 Ω dan R2 = 101 Ω untuk attenuasi
500 Ω, 20 db.
Contoh aplikasi :
Hitunglah
besarnya resistansi karakteristik dan pelemahan dari attenuasi simetris T, yang
mempunyai R1 = 409 Ω dan R2
= 101 Ω.
Penyelesaian :
m = R2/ R1 = 101/49 = 0,247
Ro = √ 1
+ 2m
= 409 √
1 + 2 . 0,247 = 500 Ω
Dengan
demikian, attenuasi tersebut akan menggunakan resistansi sumber dan resistansi
beban masing‑masing sebesar 500 Ω. Jika
ini dilakukan berarti pelemahannya 10, atau ekivalen dengan 20 db.
1.3.2.4.
Attenuasi Simetris Tipe p
Gambar 1‑37. di bawah merupakan
dasar rangkaian attenuasi simetris tipe p. Kadang‑kadang
attenuasi tipe p diubah menjadi rangkaian tipe T.
Dengan mendifinisikan m sebagai perbandingan R2
terhadap R1 dapat dituliskan harga‑harga R2 seperti pada
gambar 1–37b, dan dengan merubahnya ke
tipe T, maka didapatkan harga Ro :
Demikian juga besarnya pelemahan a, jika dianalisa akan didapatkan
Berdasarkan rumus karakteristik resistansi (Ro) dan
pelemahan (a) seperti di atas, maka untuk perencanaan didapatkan rumus untuk
harga Ri dan R2 sebagai berikut :
Sebagaimana pada attenuasi simetris T, maka
disini dapat juga disusun suatu tabel untuk pedoman nantinya. Tabel 1-4
memberikan perencanaan harga‑harga R1 dan R2 dari
attenuasi simetris untuk resistansi karakteristik (Ro) = 50 Ω. Untuk suatu
harga Ro yang lain, tinggal mengalikan harga‑harga R1 dan
c tersebut dengan Ro/50.
|
Contoh aplikasi :
Rencanakan sebuah attenuasi simetris
tipe p 20 db, 300 Ω.
Penyelesaian :
Dari tabel 1-4 (untuk attenuasi, dengan R0 =
50 Ω), dapat dilihat
bahwa pada a=20 db; harga R1 = 248 Ω dan.R2 = 61,1 Ω.
Untuk Ro
= 300 Ω, harus
dikalikannya dengan 300/50. Sehingga diperoleh R1=1488 Ω dan R2
= 366,6 Ω.
1.4. Desibel
Dalam semua fasa teknologi audio desibel digunakan untuk
mengekpresikan tingkatan sinyal dan perbedaan tekanan suara, daya, tegangan dan
arus. Alasan desibel yang demikian ini berguna untuk mengukur perbandingan
dalam cakupan angka-angka kecil untuk
menyatakan besar dan sering juga merupakan jumlah besar yang susah dipakai. Desibel juga bisa dipertimbangkan dari pandangan segi psychoacoustical menghubungkan secara langsung tujuan stimuli
yang paling berhubungan dengan perasaan.
1.4.1. Hubungan dengan
Daya
Pada dasarnya bel didefinisikan sebagai
perbandingan daya secara logaritmis :
Bell = log (P1/Po)
Untuk
kenyamanan digunakan desibel yang merupakan sepersepuluh dari bel. Jadi level
dalam decibel (dB) = 10 log (P1/Po).
Tabel 1 – 5 berikut ini mengilustrasikan konsep yang bermanfaat. Po diambil sama dengan 1 watt :
Tabel 1 – 5 Ilustrasikan konsep yang
bermanfaat
P1 (Watt)
|
Tingkatan dalam dB
|
P1 (Watt)
|
Tingkatan dalam dB
|
1
|
0
|
1000
|
30
|
10
|
10
|
10 000
|
40
|
100
|
20
|
20 000
|
43
|
Perlu dicacat bahwa untuk cakupan daya 1 watt sampai 20 000 watt dapat diekspresikan
dengan cara yang lebih dapat dikendalikan dengan mengacu daya sebagai tingkatan
dalam dB di atas satu watt. Secara Psychoacoustic penambahan daya sepuluh kali
menghasilkan tingkatan yang dinilai orang kebanyakan sebagai dua kali lebih
nyaring. Sinyal akustik 100 watt
menjadi dua kali lebih keras dari sinyal 10 watt dan sinyal 10 watt akan dirasa dua kali lebih
keras dari pada sinyal 1 watt.
Kenyamanan menggunakan desibel adalah nyata, masing-masing
perbandingan daya dapat diekspresikan dengan level yang sama 10 dB. Level 10 dB
dengan mengabaikan perbedaan daya yang sebenarnya akan dipresentasikan
perbedaan 2 sampai 1 dalam hubungan
kekuatan yang nyata.
P1
(watt)
|
Tingkatan
dalam dB
|
P1
(watt)
|
Tingkatan
dalam dB
|
1,00
|
0,00
|
3,15
|
5,00
|
1,25
|
1,00
|
4,00
|
6,00
|
1,60
|
2,00
|
5,00
|
7,00
|
2,00
|
3,00
|
8,00
|
9,00
|
2,50
|
4,00
|
10,00
|
10,00
|
Tabel 1 – 6 Hubungan daya dan tingkatan
desibel
Tabel 1–6. di atas merupakan hal penting untuk
diingat. Dengan mengetahui ini dengan
segera hampir dapat mengerjakan perhitungan tingkatan daya dalam dB di atas
maupun di bawah satu watt.
Contoh Aplikasi :
1. Berapa
tingkatan daya yang dipresentasikan dengan 80 watt?.
Penyelesaian :
Lokasikan 8 watt
dalam kiri tabel dan yang berhubungan dengan 9 dB. Kemudian 80 adalah merupakan
10 kali 8 memberikan 10 dB yang lain. Jadi
9 dB + 10 dB = 19 dB.
2. Berapa
tingkatan daya yang presentasikan dengan 1 milliwatt ?
Penyelesaian
:
1
milliwatt = 1 x 10-3
1
milliwatt = 10 log (1) + 10 log (10-3) = 10 (0) + 10 (-3) = -30
3. Berapa
tingkat daya yang ditunjukkan dengan 4 milliwatt ?
Penyelesaian :
Sebagaimana telah
diketahui tingkat daya 1 milliwatt adalah -30 dB. Dua milliwatt ditunjukkan
dengan kenaikan tingkat 3 dB dan dari 2 sampai 4 milliwatt terdapat penambahan
tingkat 3 dB. Jadi
tingkat daya 4 milliwatt = -30 + 3 + 3 = -24 dB.
4.
Berapakah perbedaan tingkat daya antara 40 dan 100 watt ?
Penyelesaian
:
- Tingkat daya 40 watt adalah sama dengan 4 kali 10 sehingga
= 10 log 4 + 10 log 10
o
Dari tabel 1-3 diperoleh = 6 dB dan 10 sama dengan 10 dB
sehingga untuk 40 watt = 6 + 10 = 16 dB.
·
Tingkat daya 100 watt dijadikan dB = 10 log 100 = 20 dB.
o
Jadi perbedaan antara tingkat daya 40 watt dan 100 watt
adalah sama dengan 16 dB dikurangi 20 dB sama dengan -4 dB.
Dari beberapa
contoh yang telah dikerjakan hanya menunjukkan pendekatan yang kaku. Oleh
karena itu diperlukan penyederhanaan,
dari pengamatan pertama dapat
dinotasikan bahwa perbedaan tingkat daya antara 4 dan 10 watt, 4 watt
dan 1 watt atau 400 dan 100 watt akan selalu sama 4 dB, karena semua itu
menunjukkan perbandingan daya yang sama.
Tingkat perbedaan dalam dB dapat diubah kembali ke dalam
perbandingan daya dengan menggunakan persamaan berikut :
Perbandingan
daya = 10dB/10
Misal tentukan perbandingan daya dari suatu tingkat
perbedaan 13 dB :
Penyelesaian :
Perbandingan daya = 10 13/10 = 101,3
= 20
Pembaca
membutuhkan suatu keterampilan berkaitan dengan perbandingan yang
diekspresikan sebagai perbedaan tingkatan dalam dB. Perkiraan yang baik untuk
decibel merupakan kualifikasi untuk seorang audio
engineer atau sound contractor. Nomograph untuk pengubahan perbandingan daya
ke tingkat perbedaan dB diberikan dalam gambar 1-38 di bawah ini.
1.4.2. Hubungan Tegangan, Arus dan
Tekanan
Desibel pada dasarnya merupakan hubungan perbandingan
daya dan dapat diterapkan pada tegangan, arus dan tekanan sebagai hubungan
daya. Daya listrik dapat direpresentasikan sebagai :
P = I2
Z
P = E2/Z
Karena daya berupa perbandingan kuadrat dari
tegangan, tegangan berpengaruh dobel
sehingga daya dikalikan 4 : (2 E)2/Z
= 4 (E)2/Z
Misal E = 1 Volt dan Z = 1 ohm, kemudian P = (E2/Z) = (1)2 / 1 =
1 watt.
Bila diubah menjadi E = 2 volt maka daya
P = (E2/Z) = (2)2 / 1 = 4 watt.
· Dengan
berpedoman yang sama untuk arus, persamaan berikut harus digunakan untuk
mengekspresikan tingkat daya dalam dB dengan menggunakan perbandingan tegangan
dan arus :
tingkat dB = 10 log (E1/Eo)2
= 20 log (E1/Eo)
dan untuk arus :
tingkat dB = 10 log
(I1/Io)2
= 20 log (I1/Io).
· Tekanan
suara analog dengan tegangan dan tingkat dB diberikan dalam persamaan :
Tingkat dB = 20 log (P1/Po).
Gambar 1 – 38. Nomograph
untuk pengubahan perbandingan daya ke
tingkat
perbedaan dB
Acuan normal untuk tingkatan tegangan Eo adalah 1 volt. Tekanan
suara nilai ekstrem rendah dari 20 X 10-4 newton/m2. Acuan
tekanan ini hubungan kasar terhadap
tekanan suara minimum yang dapat didengar orang dengan pendengaran normal.
Lebih umum lagi tekanan dinyatakan dalam pascall (Pa) = 1 newton/m2.
Sebagai suatu titik acuan yang mana tekanan rms 1 pascall berhubungan dengan
tingkat tekanan suara 94 dB. Sekarang dapat ditunjukkan tabel 1- 7 yang berguna
untuk menentukan tingkat dB untuk perbandingan tegangan, arus dan tekanan
suara.
Tabel 1 – 7 Menentukan tingkat dB untuk perbandingan tegangan, arus
dan tekanan
Perbandingan
tegangan, arus atau tekanan
|
Tingkatan dalam dB
|
1,00
|
0,00
|
1,25
|
2,00
|
1,60
|
4,00
|
2,00
|
6,00
|
2,50
|
8,00
|
3,15
|
10,00
|
4,00
|
12,00
|
5,00
|
14,00
|
6,30
|
16,00
|
8,00
|
18,00
|
10,00
|
20,00
|
Tabel
1-7. digunakan dengan cara yang sama dengan sebelumnya. Ingat bahwa acuan
impedansi listrik atau akustik harus ditetapkan bila menggunakan perbandingan
di atas untuk menentukan perbedaan tingkat
dalam dB. Beberapa contoh diberikan di bawah ini.
·
Tentukan tingkat perbedaan dalam dB antara tegangan 2
volt dan 10 volt. Secara
langsung dari tabel dapat diamati sama dengan 20 – 6 = 14 dB.
· Tentukan
perbedaan tingkatan antara 1 volt dan
100 volt. Perbandingan 1 terhadap 10 sama dengan perbedaan tingkatan 20 dB.
Karena 1 berbanding 100 maka menghasilkan dua kali perbandingan yang demikian (
1 terhadap 10 dan 10 terhadap 100) sehingga jawabannya adalah sama dengan 20 +
20 = 40 dB.
· Sinyal
keluaran dari sebuah penguat adalah 1 volt, dan impedansi masukan 600 ohm.
Keluaran juga 1 volt dan impedansi beban 15 ohm. Berapakah penguatan penguat
dalam dB ? manakah yang lebih teliti ?
Jika
diperbandingkan tegangan masukan dan keluaran didapatkan jawaban masih 0 dB.
Dengan mengingat kembali acuan desibel adalah perbandingan daya, maka harus
memperhatikan perbedaan impedansi masukan dan keluaran untuk diperhitungkan dan
dihitung daya masukan dan keluaran yang sebenarnya.
Daya masukan = (E2/Z)
= (1/600) watt
Daya keluaran
= (E2/Z) = (1/15) watt.
Dengan
demikian 10 log (Po/Pin) = 10 log {(
1/15) : (1/600)}
= 10 log (600/15)
= 10 log 40
=
16 dB.
Sayangnya,
kalkulasi seperti di atas jarang dilakukan. Dalam transmisi audio jalur dijaga
dari tingkat operasi prima melalui perhitungan tingkatan tegangan yang
digunakan sebagai acuan tegangan 0,775 volt ditandai sebagai acuan 0 dBu. Nilai
0,775 volt yang diaplikasikan pada beban 600 ohm untuk menghasilkan daya 1
mlliwatt (mW). Tingkatan daya 0 dB dikaitkan dengan daya 1 mW. Pernyataan sedikit banyak berbeda , nilai
acuan dalam dBu dan dBm akan diperoleh nilai numeris yang sama hanya bila beban
impedansi dibawah yang dipertimbangkan 600 ohm.
Perbedaan
tingkatan dalam dB dapat dikonversi kembali ke dalam perbandingan tegangan,
arus atau tekanan dengan persamaan :
Perbandingan
= 10 dB/20
Misal
tentukan perbandingan tegangan untuk perbedaan tingkatan dari 66 dB !.
Solusi :
Perbandingan
tegangan = 10 66/20 = 103,3 = 2000
1.4.3. Kontur
Hubungan Tingkatan Tekanan Suara (SPL) dan Kekerasan Suara (Loudness)
Pada saat bekerja dibidang suara secara profesional
terdapat istilah dB-SPL (dB Sound
Pressure Level). Ini menunjuk
tingkatan tekanan suara dalam satuan dB yang besarnya di atas acuan dari 20 X 10-6 N/m2.
Pada umumnya digunakan sound level meter (SLM) untuk mengukur SPL. Kekerasan
dan tekanan suara sungguh-sungguh mempunyai hubungan satu sama lain, namun
tidak memiliki kesamaan. Kekerasan suara merupakan sensasi subyektif yang berbeda
dari tingkatan aspek penting yang terukur. Untuk kekerasan tertentu dalam
istilah ilmiah, digunakan dengan satuan yang berbeda phon. Phon dan desibel
mempunyai nilai numeris sama hanya pada frekuensi 1000 Hz. Pada frekuensi lain,
deviasi skala phon lebih atau kurang dari skala tingkatan suara, tergantung
pada frekuensi dan tekanan suara.
Gambar 1-39 menunjukkan hubungan
antara phon dan desibel, dan diilutrasikan Robinson-Dadson dalam
persamaan kekerasan kontur. Ini menunjukkan bahwa pada umumnya telinga menjadi
kurang sensitip untuk suara frekuensi rendah sebagaimana bila tingkatan
kekerasan suara dikurangi. Pada saat mengukur tingkat tekanan suara,
harga respon mungkin mendekati respon telinga.
Dalam sound system murah, tidak dapat
memberikan respon linier disepanjang skala pendengaran manusia. Sering tidak
memiliki
skala linier namun menawarkan nilai
skala pengganti C. Sebagaimana dapat dilihat dari ilustrasi, penggulungan skala
C dari meter level suara yang secara normal penambahan respon linier menawarkan
skala A, B dan C. Pengukuran dibuat
dengan meter sound level secara normal
diidentifikasi dengan faktor penambahan seperti dB (A) atau dB (lin).
Level tipikal dari suara pada umumnya, seperti
ditunjukkan dalam gambar 1-41. membantu untuk mengestimasi rating dB(A) bila
level meter suara tidak tersedia. Misal level suara percakapan normal cukup
surround sekitar 60 dB(A). Kebanyakan orang mendapatkan lebih tinggi dari pada
100 dB(A) tidak nyaman, tergantung pada panjang dari yang diekspose. Level
kebanyakan di atas 120 dB(A) adalah secara pasti membahayakan pendengaran dan
terasa menyakitkan.
1.4.4. Kuat Suara Berbanding Terbalik Dengan Luas
Bila berpindah dari titik sumber suara ke luar pintu atau
ruang bebas, dari hasil pengamatan setiap mencapai dua kali jarak dari sumber SPL
turun 6 dB. Pernyataan ini didukung gambar 1-42. Terdapat radius lapisan satu
meter mengelilingi sumber P1
menghasilkan SPL pada sumber berlapis. Pada B, diamati lapisan dua kali
radius 2 meter. Pada area yang lebih besar SPL menjadi empat kali lebih kecil
dan ini berarti bahwa secara akustik daya yang dilewatkan melalui area kecil
pada lapisan yang lebih besar akan menjadi seperempat yang dilewatkan melalui
area kecil yang sama pada lapisan yang lebih kecil. Perbandingan 4 terhadap 1
menunjukkan perbedaan level 6 dB, dan berkaitan dengan perbandingan tekanan suara
menjadi 2 berbanding 1.
Nomograph untuk menentukan kerugian
berbanding terbalik kuadrat ditunjukkan dalam gambar 1-36. Perhitungan perbandingan kuadrat
terbalik secara teoritis tergantung pada sumber dalam ruang bebas. Dalam
kenyataannya dengan pendekatan ruang bebas ideal, masih harus memperhitungkan
faktor-faktor keterbatasan ukuran sumber
dan ketidak seragaman pola radiasi suara.
Dengan
mempertimbangkan jenis horn loudspeaker memiliki sensitivitas rata-rata 100 dB,
1 watt pada jarak 1 meter. Jarak satu meter dari mana?, apakah diukur dari
mulut horn, kerongkongan horn, pengendali membran atau diantara beberapa titik
tak tentu?. Kadang jika diukur dari posisi tertentu, informasi mungkin tidak
berguna. Suara dari sumber suara terbatas untuk jarak yang dekat hukum berbanding terbalik dengan kuadrat tidak
berlaku. Pengukuran yang dibuat di dekat sumber tidak dapat digunakan untuk
mengestimasi performansi pada jarak yang lebih besar. Inilah
mengapa, seseorang menilai pengeras
suara jauhnya hanya 1 meter.
Metode menilai dan metode pengukuran yang diterima adalah dua hal yang
berbeda. Dari pihak industri
mengharapkan untuk membuat sejumlah pengukuran pada jarak yang
bervariasi dalam kondisi ruang bebas. Dari hasil pengukuran ini dapat menetapkan
pengukuran mikrophon cukup jauh dari piranti yang berada dalam ruang jauh, dan
dapat juga dihitung titik imaginer dari penyimpangan suara, sesuai dengan hukum
berbanding kuadrat. Titik ini dinamakan
pusat akustik dari piranti. Setelah dibuat pengukuran bidang dengan akurat,
hasilnya diubah ke dalam ekuivalen penilaian 1 meter. Kepekaan yang dinilai setara dengan meter
adalah SPL yang terukur berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak piranti.
Contoh Aplikasi :
Dengan menggunakan
monograp gambar 1-43. Model JBL horn 2360 dengan driver 2446 HF
menghasilkan keluaran 113 dB, 1 watt pada jarak 1 meter. Berapa akan dihasilkan
JBL dengan daya 1 watt pada jarak 30 meter ?.
Penyelesaian
:
Kita dapat menyelesaikan
dengan menggunakan monograp. Baca perbedaan antara jarak 1 meter dan 30 meter
diperoleh hasil 29,5 dB. Sekarang kurangkan ini dari 113 dB sehingga diperoleh
daya JBL daya 1 watt pada jarak 30 meter = 113 dB- 29,5 dB = 83,5 dB.
Gambar 1 – 42. Hubungan kwadrat terbalik
Gambar 1 – 43. Nomograph untuk menentukan kerugian
berbanding terbalik
kuadrat
Contoh
Aplikasi :
Rating daya nominal dari driver JBL
model 2446 adalah 100 watt. Berapa daya SPL maksimum akan dihasilkan pada jarak
120 meter di ruang bebas, pada saat driver dipasangkan pada horn JBL model
2366 ?.
Penyelesaian :
Terdapat tiga langkah sederhana dalam menyelesaikan
masalah ini, yaitu :
·
Hitung perbandingan kuadrat terbalik
kerugian gambar 1-43. Ini mendekati 42 dB.
·
Menentukan tingkat perbedaan antara 1
watt dan 100 watt. Berdasarkan gambar 1-38
diperoleh pengamatan 20 dB.
Catat
bahwa sensitivitas horn-driver adalah 118 dB, daya 1 watt pada jarak 1 meter. Harga ini ditambahkan
sehingga dihasilkan daya maksimum = 118-42+20 = 96 dB -SPL.
·
Perhitungan demikian
untuk kerja penguatan suara dan pembuatan suara berkualitas pada tempat kebanyakan harus mudah
dikerjakan.
1.4.5. Penambahan Level Daya dalam dB
Berkaitan dengan pengurangan kuat suara sebagai akibat perubahan jarak
pendengar dan sumber. Adakalanya diperlukan penambahan daya untuk mendapatkan
tingkatan kuat suara yang stabil pada jarak sumber yang berbeda. Tak jarang
seorang kontraktor sound system (orang yang bertanggung jawab dalam
perancangan sound system) harus menambahkan daya yang diekspresikan dalam dB.
Asumsikan bahwa dua bidang suara masing-masing 94 dB-SPL dikombinasikan.
Contoh aplikasi :
Berapa hasil akhir level
daya yang dihasilkan?, jika ditambahkan
levelnya 188 dB – SPL jelaskan !.
Penyelesaian
Apa yang harus dikerjakan dengan perubahan level daya pada daya yang sebenarnya,
tambahkan hasilnya dan kemudian hitung kembali level daya dalam dB. Dua level
yang dikaitkan, dapat dipenuhi dengan mudah menggunakan gambar 1-44. Misal D ada
perbedaan level keduanya dalam dB, dan tentukan nilai N sehubungan dengan
perbedaan ini. Sekarang tambahkan N pada nilai salah satu nilai original yang
terbesar.
Misal ditambahkan
dua bidang suara, 90 dB-SPL dan 84 dB-SPL. Dengan menggunakan gambar 1-44 D 6 dB (90 dB-84 dB) sehubungan dengan N = 1
dB. Oleh karena itu level baru akan menjadi 91 dB-SPL yaitu nilai terbesar
(90dB) ditambah N (1).
Catatan : Bila perbedaan
dua level sinyal lebih besar dari pada 10 dB, akan menghasilkan tambahan pada
sinyal yang lebih tinggi. Pengaruh dari level daya yang lebih rendah akan
diabaikan
1.4.6. Level Acuan
Meskipun telah didiskusikan beberapa
level acuan, akan dibahas semuanya barangkali diperlukan pengguna dalam
perhitungan. Dalam perhitungan akustik SPL selalu diukur relatip terhadap 20 X
10-4 Pa. Ekuivalen dengan 0,0002 dyne/cm2.
Dalam kerja transmisi pemancar, daya
seringkali diekspresikan relatip terhadap 1 milliwatt (0,001 watt) dalam level
yang demikian dinotasikan dalam dBm. Sedangkan dbW direferensikan sebagai level
relatip terhadap 1 watt. Jadi 0 dBW = 30 dBm. Dalam diagram sinyal transmisi,
ditunjukkan dBu dengan referensi tegangan 0,775 volt. Dalam pengukuran tegangan
lain, dBV acuan terhadap level realtip 1
volt.
Terdapat dB – PWL dirancang dengan acuan
daya 10-12 watt. Ini sangat kecil, digunakan dalam pengukuran
akustik yang kecil.
Gambar 1 – 44. Monograph ekspresi penambahan daya dalam
dB
1.4.7. Nilai Sinyal Puncak,
Rata-rata dan rms
Kebanyakan pengukuran tegangan, arus atau tekanan suara dalam kerja akustik
diberikan dalam harga rms (root mean square) dari bentuk gelombang. Nilai rms
dari bentuk gelombang repetitif yang sama ekuivalen dengan nilai DC dalam daya
transmisi. Berdasarkan gambar 1-45 untuk gelombang sinus dengan nilai maksimum 1 volt, nilai rmsnya
sama dengan nilai maksimum dibagi Ö2 (Vm/Ö2) atau 0,707 volt (0.707 Vm) setara dengan
perbedaan 3 dB. Nilai rata-rata bentuk gelombang sinus sama dengan 2 kali nilai
maksimum dibagi p atau 0,637 volt.
Untuk bentuk
gelombang yang lebih kompleks, seperti yang dijumpai pada bentuk gelombang
percakapan, music, nilai puncak akan diperhitungkan lebih tinggi dari pada
nilai rerata ataupun rms. Bentuk gelombang ditunjukkan dalam gambar 1-45b.
adalah bentuk gelombang bunyi terompet pada frekuensi sekitar 400 Hz dan
menyebar antara puncak dan nilai rata-rata 13 dB. Dalam pembahasan ini telah
memperhitungkan pengaruh tegangan, arus dan tekanan suara dalam nilai rms. Oleh
karena itu dalam aplikasi audio, variasi waktu dari music dan percakapan
menuntut dipandang sebagai nilai sesaat dari bentuk gelombang sebagaimana dalam
perhitungan.
1.5. Loudspeaker
Loudspeaker, speaker atau sistem speaker merupakan sebuah
transduser elektroacoustical yang mengubah sinyal listrik ke suara. Istilah
loudspeaker dapat dijadikan acuan sebagai transduser individual (diketahui
sebagai pengarah) atau sistem lengkap
yang terdiri dari suatu enclossure yang melengkapi satu atau lebih pengarah dan koponen filter
listrik. Loudspeaker sama halnya dengan transduser electroacoustical, merupakan
elemen variabel; dalam sistem audio dan paling bertanggung jawab membedakan
suara yang dapat didengar antar sound system.
Speaker adalah mesin pengubah terakhir atau kebalikan dari mikropon.
Speaker membawa sinyal elektrik dan mengubahnya kembali menjadi vibrasi-vibrasi
fisik untuk menghasilkan gelombang-gelombang suara. Bila bekerja, speaker
menghasilkan getaran-getaran yang sama dengan mikropon yang direkam secara
orisinil dan diubah ke sebuah pita, CD, LP, dan sebagainya.
Untuk mencukupi reproduksi frekuensi cakupan
luas, kebanyakan sistem loudspeaker memerlukan pengarah
lebih dari satu, terutama untuk tingkatan tekanan suara tinggi atau ketelitian
tinggi.
Pengarah secara individual digunakan untuk
menghasilkan cakupan frekuensi yang berbeda.
1.5.1. Dasar
Loudspeaker
Loudspeaker hampir selalu membatasi
elemen fidelitas dari reproduksi suara dalam salah satu rumah atau teater. Dalam
tingkatan lain reproduksi suara kebanyakan dikembangkan dari elektronik dan
komponen elektronik tingkat tinggi.
Loudspeaker meliputi proses mekanis dimana sinyal audio dikuatkan harus
dipindahkan suatu konus atau piranti mekanis lain untuk menghasilkan suara
seperti gelombang suara aslinya. Proses ini meliputi banyak kesulitan dan
biasanya dari langkah-langkah reproduksi yang sangat tidak sempurna. Hati-hati
dalam memilih speaker. Beberapa gagasan dasar tentang enclosure speaker mungkin
membantu menambah wawasan. Sekali sudah memilih
suatu pengeras suara baik dari suatu
pabrikan ternama dan dibayar suatu harga
baik, mungkin mengira akan mendapatkan
reproduksi suara baik. Tetapi tidak akan dapatkan tanpa suatu enclosure
yang baik. Enclosure adalah
bagian penting dari produksi
suara karena dari permasalahan berikut berkaitan dengan radiasi langsung loudspeaker.
Dalam loudspeaker terdapat sekat rongga (juga dikenal sebagai konus) tipis, membran
agak kaku diletakkan
ditengah-tengah magnet. Magnet
menginduksi membran hingga bergetar, menghasikan suara. Membran ini juga
terdapat pada headphone.
Menggunakan sebaliknya mengubah getaran udara (suara) ke dalam
sinyal listrik seperti dalam perancangan mikropon pada umumnya. Secara
singkat bagian yang terpenting dari loudspeaker adalah : Konus, Suspensi,
Kumparan suara dan Magnet. Perubahan medan magnet di dalam speaker akan
berinteraksi dengan medan konstan magnet yang menyebabkan kumparan bergerak
sebagai reaksi akibat ada tidaknya arus.Konus ikut bergerak akibat kumparan
suara bergerak sehingga pada udara sekitar konus akan terbentuk gelombang
tekanan. Gelombang inilah yang terdengar sebagai bunyi.
|
|||
Gendang telinga menggunakan prinsip yang serupa,
menggunakan sekat rongga (diafragma)
merangsang kegelisahan untuk memancarkan gambaran suara ke otak. Dalam loudspeaker, terdapat fiber selulosa
(kertas) merupakan bahan asli yang sangat umum digunakan untuk membuat sekat
rongga. Kepadatan kertas dimodifikasi untuk menghasilkan karateristik suara
yang diinginkan. Selulosa kontinyu
sangat umum digunakan dalam cone speaker. Sekarang
banyak ditambahkan fiber sintetis dan
binder untuk tingkatkan
kekayaan yang akustik seperti halnya dalam menghandel daya. Bahan lain yang
sekarang banyak digunakan adalah polypropylene dan alumunium.
Sementara permukaan depan membran
speaker menekan kedepan menciptakan gelombang suara dengan menambah tekanan
udara, permukaan belakang membran tekanan udara menurun. Karena panjang
gelombang suara frekuensi rendah besar dibandingkan ukuran speaker dan karena
frekuensi rendah lentur siap disekitar membran speaker, gelombang suara
dibelakang membran akan cenderung menunda yang dari depan membran. Untuk
frekuensi bass, panjang gelombang sangat lebih panjang dari pada diameter
speaker yang beda pasanya mendekati 180o sehingga bass menderita kerugian penundaan dari belakang
ke depan ini.
Ini merupakan suatu alasan mengapa
jenis membran terbaik dari speaker harus memiliki suatu lapisan untuk
menghasilkan suara yang baik harus memiliki enclosure untuk menghasilkan
suara baik.
1.5.2. Resonansi Loudspeaker
Loudspeaker jenis membran radiasi
langsung harus ditonjolkan sehingga bebas untuk vibrasi. Tonjolan membran ini
elastik, sehingga tidak menghalangi frekuensi resonansi dari susunan membran
speaker. Frekuensi resonansi membran bebas ini menyimpangkan suara dengan
merespon kekuatan sinyal mendekati frekuensi vibrasi asli. Perubahan
respon isi frekuensi dalam istilah
intensitas relatip harmonis dan perubahan timbre suara tidak seragam. Karena membran tidak
teredam, ini cenderung menghasilkan ringing atau hangover dengan frekuensi
sekitar resonansi. Jika frekuensi dalam cakupan bass, bass akan menjadi boomy
.
|
Langganan:
Postingan (Atom)